Minggu, 26 Oktober 2014

Lomba Sepeda Hias di Masjid

Mak, meski tinggal di Bali saya mewajibkan Fawaz belajar mengaji di masjid dan mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh remaja masjid. Hari Sabtu kemarin bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1436 Hijriyah, masjid kompleks kami mengadakan berbagai perlombaan untuk anak-anak usia 7 - 10 tahun. Ada lomba mewarnai, lomba sepeda hias dan lomba rangking 1.

Setiap ada perlombaan, Fawaz sangat antusias mengikutinya. Kali ini dia memilih mengikuti lomba sepeda hias. Dia malu untuk mengikuti lomba mewarnai, karena didominasi oleh anak-anak TK. Sementara untuk mengikuti lomba rangking 1, dia belum siap dengan materinya.

Jadilah pada hari Jum'at malam saya begadang bersama suami untuk menghias sepeda. Mengingat keterbatasan bahan, akhirnya kami menghias seperti layaknya sepeda hias yang mengikuti pawai. Namun melihat kerja keras kami, Fawazpun terlihat senang, dia memuji kerja kami bagus, meski akhirnya saya cekikikan sendiri.

penampakan sepeda hias karya emak Fawaz
Begitu hari Sabtu, saat lomba sepeda hias akan dilaksanakan, saya melihat antusias Fawaz untuk mengikuti lomba. Dia bergegas menuju masjid dan memarkir sepedanya dideretan sepeda hias yang warna-warni. Tak harus menunggu lama, panitiapun menggiring peserta lomba untuk mengelilingi seluruh gang di kompleks.


Hari itu masjid memang sangat ramai. Banyak orang tua yang mengantar anaknya untuk mengikuti lomba. Namun tidak bagi saya. Fawaz malu bila saya antar. Akhirnya saya biarkan Fawaz mengikuti lomba sampai saatnya pengumuman.

Tahukah mak, kalau Fawaz akhirnya kecewa karena sepeda hiasnya tidak menang? Dia hanya mendapat hadiah hiburan. Parahnya lagi hadiah hiburan itu berupa kotak pensil untuk anak perempuan. Dia malu menerimanya, tapi apa boleh buat. Syukurlah seorang teman Fawaz meminta hadiah itu. Jadilah hadiah hiburan itu bermanfaat untuk teman Fawaz.

Sampai rumah, Fawaz terlihat lemas karena kalah lomba. Namun dengan jujurnya dia ceritakan semua kejadian di masjid, termasuk hadiah hiburan yang diberikan kepada temannya. Demi membesarkan hatinya, sayapun menyemangatinya bahwa hari itu dia mendapat sebuah pahala karena kebaikan hatinya memberikan kotak pensil kepada temannya.

Senyumpun mengembang di wajah Fawaz, wajah kusutnya berubah menjadi senyum sumringah. Dia tak bosan mengikuti lomba, karena yakin suatu saat pasti menang dan dapat hadiah.

Jadi mak, ketika anak mengalami kegagalan atau kalah lomba, berilah semangat, sanjunglah dia, agar apa yang dilakukannya tidak sia-sia, sehingga dia akan bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba berikutnya di waktu yang akan datang. Tanpa kita sadari, anakpun merasa sedih atau kecewa ketika gagal, sudah seharusnya kita hibur dengan berbagai pujian agar rasa sedihnya berganti senyuman yang penuh semangat.....

3 komentar:

  1. Saya jarang banget mengharuskan anak-anak menang lomba qiqiqi, yang penting pada seneng aja ^^

    BalasHapus
  2. hihihi....iya mak benar, kasihan kalau dipaksa

    BalasHapus
  3. Thx utk infonya..mampir yuk ke http://elementmtb.com/ini-dia-beberapa-tour-balap-sepeda-yang-mendunia/

    BalasHapus