Minggu, 07 Desember 2014

Pengalaman Kemah Pertama

Maak…..ini kali pertama Fawaz mengikuti Persami (Perkemahan Sabtu – Minggu) di sekolahnya. Sebenarnya saya tidak mengijinkan, karena faktor cuaca yang tidak mendukung. Namun Fawaz ngotot ingin ikut, dan meminta saya menandatangani surat ijin dari kakak pembinanya.

ups...foto pramuka tidak ada hehehe....

Dengan berat hati saya menandatangani surat itu. Selain cuaca yang tidak mendukung, usianya yang masih 9 tahun menjadi alasan saya berikutnya. Dulu, saya juga sering ikut kemah, namun disaat usia saya sudah 11 tahun, jadi saya sudah bisa mengurus segala sesuatu sendirian. Sebaliknya, membayangkan kebiasaan Fawaz dirumah, membuat saya gamang untuk melepasnya.

Tetapi rasa itu akhirnya saya singkirkan, begitu melihat teman-teman satu regunya datang ke rumah untuk berlatih bersama. Mereka tergabung dalam regu “Banteng”. Dari kejauhan saya amati latihan mereka. Mereka akan menampilkan tarian kreasi yang saya kira sudah cukup kreatif untuk kalangan anak laki-laki kelas 4 SD.

Sementara Fawaz, ternyata ia ditunjuk untuk mengikuti fashion show. Semula saya tidak tahu, kostum apa yang akan dipakainya nanti, karena Fawazpun kebingungan ketika saya tanya. Akhirnya saya berinisiatif untuk memilihkan busana casual, busana santai namun tetap terlihat elegant.

Tahukah mak apa yang terjadi selanjutnya? Begitu hari H tiba, sayapun dibuat kelabakan. Saya harus menyiapkan segala sesuatu mulai dari peralatan mandi, peralatan sholat, tikar, makanan dan kaos. Bahkan saya harus keliling dari satu toko ke toko lain untuk mencari kaos pramuka, ternyata tak satupun toko yang menjualnya. Sayapun berputar mencari pinjaman, sampai akhirnya kaos itu saya dapatkan.

Saya berharap hari itu akan turun hujan lebat, sehingga persami dibatalkan. Entahlah, hati saya merasa berat melepas Fawaz, mengingat keadaan sekolah yang jorok, kadang anjing yang berkeliaran suka membuang hajatnya sembarangan. Belum lagi nyamuk yang berkeliaran dimalam hari, pastinya akan memangsa tubuh Fawaz yang menggiurkan.

Ternyata Allah berkehendak lain, cuaca sangat terang. Sementara jadwal saya di komplek juga padat. Sore arisan RT, malamnya pengajian ibu-ibu. Akhirnya saya putuskan untuk mengantar Fawaz ke sekolah. Dari luar gerbang, teman-teman Fawaz menghampiri saya.
“Tante, Fawaz sudah bawa kostum?”
“Kostum apa emangnya?”
“Pakaian pesta, celana hitam, hem putih, jas hitam, pakai dasi kupu-kupu!”
“Haaah…..”

Sumpah mak, saya jadi bingung menjawabnya. Membayangkan Fawaz yang pemalu, rasanya tidak mungkin akan berpakaian seperti itu. Akhirnya saya bernegosiasi dengan ketua regunya, meminta agar pakaian pestanya berupa baju casual yang santai tetapi elegant. Ternyata sang ketua menyetujuinya. Sayapun segera hunting baju di toko terdekat, mengingat Fawaz sama sekali tidak mempunyai baju seperti itu di rumah.

Saya pikir dengan membekalinya snack, minum, uang dan berbagai perlengkapan lainnya sudah cukup untuk Fawaz. Ternyata sepulang dari arisan RT, saya mendapat BBM dari teman, diminta cepat datang ke sekolah, Fawaz belum makan, sementara jam makan tinggal 10 menit lagi. Wiiih….saya kelabakan. Secepat kilat saya menuju B’Express Chicken, bermaksud membelikan sepaket nasi ayam. Setelahnya saya langsung ke sekolah, ternyata waktu makan sudah habis.

Haripun makin gelap, hujan mulai rintik-rintik. Saya menatap Fawaz dengan wajah cemberutnya karena tidak bisa makan. Nasi yang saya bawakan tak diterimanya, karena takut ketahuan kakak Pembina. Meski demikian, dia sibuk membantu mengangkat meja sebagai panggung.

Malam harinya hujan makin deras. Namun api unggun tetap menyala terang. Atraksi tiap-tiap regu tetap dipertontonkan. Anak-anak tak menghiraukan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya. Ada rasa haru yang menyembul dalam dada saya, saya mencemaskan kesehatan mereka, termasuk Fawaz. Namun saya juga takjub melihat penampilan mereka yang sangat menghibur. Ada tarian tradisional, tarian modern atau bahkan nyanyian, yang semuanya merupakan hasil kreatifitas masing-masing regu.

Setelah atraksi selesai, dilanjutkan peragaan busana. Karena kami tinggal di Bali, maka peragaan busana ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah peragaan busana adat ke Pura, sedang sesi kedua adalah peragaan busana pesta. Saya kembali takjub dan terhibur menyaksikan acara ini. Ditengah guyuran air hujan, dengan panggung yang dibuat dari jejeran meja, bahkan menggunakan penerangan seadanya, berupa senter, tak menyurutkan para kontestan untuk meliuk-liukkan tubuhnya diatas panggung.

Tepat jam 10 malam, acara diluar kelas dihentikan. Anak-anak memasuki kelasnya masing-masing. Kemah kali ini menggunakan ruang kelas sebagai tempat istirahat, mengingat hujan yang makin lebat. Dan saya, akhirnya meninggalkan Fawaz beserta ruangannya untuk kembali ke rumah. Di rumah saya selalu berharap ia akan baik-baik saja, mengingat seluruh tubuhnya basah oleh air hujan dimalam hari.

Menurut informasi dari kakak Pembina, kegiatan kemah itu akan berakhir keesokan harinya pada jam 8 pagi, mengingat cuaca yang tidak mendukung. Maka keesokan harinya, saya meminta suami untuk menjemput Fawaz ke sekolah. Lama saya menunggu di rumah, hingga akhirnya Fawazpun pulang ke rumah dengan wajah cemberut.

Tahukah mak apa yang terjadi dengan Fawaz? Perlengkapan pramukanya hilang, ia tidak dapat tidur karena teman-temannya berisik, ia juga tidak bisa mandi karena kamar mandinya jorok. Duhh….setelah saya mandikan tubuhnya, akhirnya Fawaz mulai merajut mimpinya di pulau kapuk. Seharian ia balas dendam, tidur di kasur empuk dalam ruangan ber-AC.


Saya bersyukur Fawaz pulang dengan sehat, tak ada yang dikhawatirkan dengan guyuran air hujan. Namun satu hal yang bisa saya jadikan hikmah, mengijinkan Fawaz mengikuti kemah sama halnya menjadikannya anak yang mandiri. Bahkan, ketika sekali lagi saya tanya, akankah dia ikut kemah setelah ini? Dengan antusiasnya, dia jawab pasti ikut kemah kembali. Hmm….semoga pengalaman kemah pertama ini menjadikan Fawaz tumbuh menjadi anak yang pemberani dan mandiri.

1 komentar: