Kamis, 05 Februari 2015

Aturan Sekolah Yang Aneh Bikin Orang Tua Pusing

Maak...sebenarnya saya ingin sekali seperti emak-emak lainnya yang menyekolahkan anaknya di sekolah favorit. Sayang, seringnya berpindah-pindah tempat tinggal membuat saya miskin informasi. Apalagi kalau mendengar biaya pendidikan di sekolah favorit yang super mahal...aduhhh nyerah aja deh. Akhirnya balik lagi ke sekolah yang minim biaya.


Tapi ya gitu mak, sekolah minim biaya, peraturannya makin aneh-aneh. Dan karena minim informasi itulah akhirnya saya menyekolahkan Fawaz di sekolah negeri. Sebenarnya tidak masalah sih mau memasukkan Fawaz di sekolah manapun, asal dia nyaman dan mudah mengikuti pelajarannya.


Kadang...karena peraturan yang aneh-aneh inilah, membuat Fawaz seringkali ingin berpindah sekolah. Tetapi kembali lagi saya tanya, "bagaimana dengan teman-teman baru nanti?" Langsung ia berpikir berulangkali. "Oh...iya-iya pasti temannya baru semua, ah...malas..ah, di sekolah lama aja!" Sambil pasang muka cemberut.

Sebenarnya apa sih peraturan yang aneh itu? Dulu mak, para orangtua sempat geram karena anak-anak harus lepas sepatu di kelas. Kalau kelasnya bersih tidak masalah kan mak. Ini kelas sudah kotor, hanya disapu oleh anak-anak sekenanya, eeee...sepatu harus dilepas. Kaoskaki putihpun berubah warna jadi kusam. Kalau dicuci terus lama-lama lubang. Waaah......


Memang sih mak, waktu TK dulu, di sekolah Fawaz juga menerapkan peraturan demikian, tapi kelasnya bersih. Kaoskakipun tidak parah kotornya. Kalau yang terjadi di SD Fawaz malah sebaliknya, kaoskaki jadi sasaran. Tapi saya bersyukur, peraturan itupun akhirnya dihapus. Banyak orang tua komplain, mengeluhkan kaoskaki anaknya yang super kotor.

Sekarang mak, peraturan anehpun kembali terjadi. Orang tua atau para pengantar/penjemput anak tidak boleh melewati jalanan menuju sekolah. Cukup mereka mengantar sampai jalan raya saja, sementara jalan menuju sekolah itu lumayan jauh, kadang anjing penduduk sekitar suka berkeliaran membuat takut anak-anak. Kalau anak-anak tidak berangkat lebih awal, bisa-bisa mereka terlambat masuk.

Tahu tidak mak, apa alasan mereka memberlakukan peraturan itu? Pertama, orang tua tidak boleh masuk ke sekolah, agar mereka tidak ngerumpi. Kedua, setiap jam istirahat anak-anak sering keluar sekolah, mereka berbelanja sampai ke pasar atau warung seberang jalan, makanya pagar sekolah akan dikunci sejak anak-anak masuk kelas hingga jam pulang berbunyi. Ketiga, banyak warga sekitar mengeluh macetnya gang sekolah yang sempit. Saat jam masuk dan jam pulang gang itu penuh, sehingga banyak warga sekitar yang terlambat kerja.

Lalu apa akibatnya? Para penjemput akhirnya berjejer di pinggir jalan dan di depan toko-toko. Disinipun para pemakai jalan raya dan pemilik toko mengeluh. Tokonya dipenuhi oleh motor-motor penjemput anak sekolah, sehingga pembelipun putar balik karena tidak bisa masuk toko. Pemakai jalan raya pun harus bersabar mengemudikan kendaraannya, karena dikiri kanan jalan itu penuh motor yang diparkir penjemput anak sekolah.

Nah...bagaimana mak? Kalau alasan pertama harusnya pihak sekolah cukup menghimbau kepada pengantar untuk tidak masuk area sekolah, sehingga mereka dapat mengantar jemput anak sampai di depan pintu gerbang sekolah. Alasan kedua ini yang tidak ditepati pihak sekolah. Kemarin saya mengorek keterangan dari Fawaz tentang uang jajan yang saya kasih. Hari itu saya memang ada kegiatan sehingga tidak membawainya bekal nasi. Karena kelaparan maka ia dan temannya membeli nasi bungkus di jalan raya. Ternyata pagar sekolah tidak pernah dikunci, anak-anak masih leluasa keluar area sekolah untuk jajan. Nah...bagaimana orang tua bisa terima keadaan ini? Sedang alasan ketiga, duh...harusnya para tetangga itu bisa memprediksi ya, kalau jam sekian waktunya anak masuk sekolah atau pulang sekolah, agar tidak terlambat ngantor, ya mereka berangkat lebih awal. Saya kira bukan alasan yang tepat bagi orang yang benar-benar mengerti keadaan sekitar lingkungannya.

Sekolah harusnya bertanggung jawab terhadap semua yang dilakukan oleh anak-anak selama di sekolah, ternyata ini malah dibiarkan berkeliaran. Orang tuapun tidak boleh mendekat, kalau sampai ada yang mendekat, maka anaknya yang dihukum. Peraturan seperti apa ini mak? Semua orang tua hampir geram. Mereka berdoa semoga kebijakan ini tidak bertahan lama. Sebagai orang tua, bukannya kita memanjakan anak, tetapi melihat perkembangan anak di sekolah dari balik pagar penting juga kan mak.....

Yah...saya sih berharapnya sama dengan orang tua lain. Pihak sekolah tidak terlalu kaku mengambil kebijakan.Kita bukan ngerumpi di sekolah, toh tidak ada yang merencanakan aksi jahat di sekolah. Mereka di sekolah sering sharing pendidikan anak-anak, dimana tempat les yang baik, bagaimana perkembangannya di sekolah. Itu saja saya kira. Semoga saja ada solusi baik agar semua pihak tidak merasa dirugikan.........

3 komentar:

  1. sekolah itu sebaiknya juga punya tempat parkir/ngetem yg aman ya mak. setidaknya halaman disisakan untuk parkir, jangan pagar sekolahnya ngepas jalan raya. semoga para wali murid bisa segera berdiskusi dg pihak sekolah agar dapat win-win solution.

    BalasHapus
  2. Kalau sudah peraturan begitu, Hmm pusing juga. Puyeng kepala dibuatnya

    BalasHapus
  3. ooh..sama mak, sekolah anakku juga masuk ke jalan yang hanya bisa dilewati oleh satu mobil, tapi memang disediakan tempat parkir, ada satpam, ada tukang parkir yg mengatur lalu lintas mobil. Org tua pun hanya diberikan waktu maks 3 menit utk men-drop anaknya setiap pagi. Jadi memang sklh hrs disiplin dgn kebijakan yg telah disepakati

    BalasHapus