Selasa, 03 Februari 2015

Waspadai Pedagang Makanan Nakal

Selamat pagi emak-emak yang cantik nan inspiratif, kali ini saya ingin sedikit berceloteh tentang jajanan yang beredar di sekeliling kita. Jangan sampai kita terlena oleh makin banyaknya aneka rupa jajanan, hingga tidak mengulik bagaimana proses pembuatannya. Terutama bahan yang digunakan untuk mencampur adonan jajanan tersebut.

Menyaksikan tayangan Reportase Investigasi di sebuah stasiun televisi, sungguh membuat saya tercengang mak. Pasalnya jajanan yang dulu kerapkali saya beli, bahkan sering saya gunakan sebagai pengganjal perut, ternyata ada bahan berbahaya didalamnya. Bila jajanan itu sering dikonsumsi lambat laun akan merusak organ tubuh kita.


Pasti emak sudah tahu dengan "martabak manis" bukan? Jajanan yang beredar di sekitar kita, ada yang dibuat dalam bentuk mini, ada juga yang modelnya bulat besar. Rasanyapun macam-macam, ada yang rasa coklat, meses, kacang, strawberry, keju dan sebagainya. Bukan hanya orang tua, anak-anakpun juga sering mengkonsumsi jajanan ini. Kebanyakan orang menyebutnya "terang bulan". Akhir-akhir ini makin banyak penjual jajanan ini di pasaran. Dengan menawarkan aneka rasa ditambah teksturnya yang lembut, membuat jajanan ini makin diminati banyak orang.

sumber: http://sksd1.blogspot.com
Ternyata mak....ada bahan berbahaya yang dicampurkan kedalam jajanan ini. Taruhlah sitrun dan tawas. Menurut reportase investigasi, yang kebetulan mewawancarai penjual martabak nakal ini, bahan-bahan tersebut dibelinya di toko bangunan. Sungguh ironi, bahan-bahan yang harusnya digunakan untuk kebutuhan bangunan, ternyata digunakan untuk mencampur makanan yang akhirnya masuk ke perut kita.

Lalu untuk apa penjual itu menambahkan sitrun dan tawas kedalam adonan martabak manis? Dia mengatakan agar martabaknya terlihat menarik dan tahan lama. Warna kuning yang tampak pada martabak yang sudah matang ternyata adalah campuran sitrun, sedang tawas digunakan agar adonan bisa mengembang dan tahan lama. Coba bayangkan mak, bahan-bahan ini sangat berbahaya, bila masuk kedalam perut kita otomatis bisa mengganggu kesehatan tubuh, minimal infeksi pencernaan atau lambung.

Yang bikin saya geram, ternyata menurut pengakual si penjual, dia belum pernah sekalipun memberikan martabak buatannya kepada istri dan anaknya, dengan alasan kesehatan. Untuk anak dan istrinya saja dia mau melindunginya, namun mengapa justru membuat orang lain menderita? Apakah seperti ini cara mendapatkan uang? Berusaha dengan cara jahat agar jualannya laris dan meraup untung banyak, sementara satu persatu orang diluar sana berjatuhan karena sakit akibat mengkonsumsi martabak buatannya.

http://www.resep.indoinfo.web.id
Ternyata bukan hanya satu orang saja yang berusaha menjadi penjual nakal. Setelah dilakukan investigasi diberbagai daerah, dengan mengumpulkan sample martabak manis di sebagian besar wilayah Indonesia, hasilnya sungguh mencengangkan. Hampir semua martabak manis yang dijual di pasaran mengandung bahan berbahaya, meski kadar di tiap-tiap martabak itu tidak sama.

Jadi kesimpulannya, hampir semua martabak yang dijual di pasaran mengandung bahan berbahaya, yang lambat laun bila dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh kita terserang penyakit. Padahal nih mak, dulu sebelum muncul berita ini saya sering banget beli martabak. Bahkan anak saya juga tambah semangat makan martabak selagi anget.....ah Wallahua'lam deh....sudah terlanjur...mudah-mudahan martabak yang saya beli tidak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti itu.

Yah..mungkin sekedar saran saja untuk pemerintah atau dinas yang terkait supaya memberikan pemahaman kepada para pedagang sebelum mereka membuka usahanya. Jangan sampai para penjual itu mencampurkan bahan-bahan berbayaha itu memang tidak tahu akibatnya. Mereka hanya mengikuti kebiasaan saja, bahwa adonan martabak yang diberi sitrun dan tawas itu akan terlihat menarik dan nikmat untuk dimakan. Atau ada juga penjual yang memang benar-benar sudah tahu, tetapi karena jualannya sepi, akhirnya mereka mengambil langkah nakal, agar penghasilannya meningkat. Bila ditanya pasti alasannya faktor ekonomi.

Nah....untuk para penjual, marilah kita sama-sama mencari rezeki secara halal, jangan berbuat jahat demi keuntungan pribadi. Ingatlah berbuat baik untuk orang lain bisa menjadikan ladang amal kita kelak. Seandainya kita sukses dari berjualan secara jahat, ingatlah anak, istri atau suami akhirnya juga ikut menikmati rezeki yang kita dapat secara jahat. Jangan sampai mereka menanggung akibat dari perbuatan jahat kita ya.....

Ingatlah....rezeki itu sudah diatur olehNya, namun bukan lantas kita tinggal diam sambil menunggu datangnya rezeki. Kita harus berusaha, bekerja keras sambil terus berikhtiar. Namun jangan sampai berusaha secara jahat atau nakal. Allah maha tahu atas segala perbuatan kita. Jangan sampai Allah memberikan azab karena ulah kita sendiri. Mari kita berusaha di jalan Allah dengan sabar dan ikhlas.......

1 komentar:

  1. Waah..aku paling suka jajanan kayak gitu..apalagi kalau anak-anak merengek minta dibelikan..tak sanggup menolaknya...hehehe

    BalasHapus