Selasa, 28 Juli 2015

Lebaran dan Angpau

Lebaran baru saja berlalu. Inilah moment yang ditunggu Fawaz untuk merayakannya di pulau Jawa. Meski sudah empat kali bisa melewatkan lebaran bersama keluarga besar di Jawa, namun lebaran kali ini terasa berbeda. Kalau dulu ia hanya ingin meluapkan rasa rindunya untuk berkumpul dengan teman dan saudara-saudaranya, kini angpau-lah yang diburunya.



Rasanya wajar bila anak seusia Fawaz masih berpandangan bahwa lebaran selalu identik dengan angpau. Selain ketagihan dengan lebaran-lebaran sebelumnya, keinginan untuk mengikuti anak-anak sebayanya juga makin menggebu. Inilah yang membuat saya jauh-jauh hari menyiapkan berlembar-lembar uang baru untuk saya bagikan kepada anak-anak di hari lebaran.

Nah...bagaimana dengan emak sekalian? Apakah juga mengalami hal yang serupa? Tradisi bagi-bagi angpau di hari lebaran memang sudah berlangsung sejak dulu kala. Meski tidak ada kewajiban, namun ada hikmah yang bisa kita petik didalamnya. Selain bersedekah, berbagi angpau juga menyenangkan anak-anak. Mereka sangat gembira manakala tuan rumah memberikan selembar uang baru, meski nominalnya hanya dua ribu rupiah.

Kebetulan saya mengamati gerak-gerik Fawaz selama lebaran. Ia sudah tidak seperti dulu, yang selalu mengikuti kemana saya pergi. Namun ia lebih memilih pergi bersama teman dan saudara-saudaranya bertamu dari satu rumah ke rumah lain. Barangkali tujuannya hanyalah untuk mencari angpau. Sama seperti anak-anak lain. Saya sempat bertanya kepada salah seorang anak tentang tempat tinggalnya. Ternyata ia tinggal jauh dari rumah saya.

Memang seperti itulah anak-anak. Ketika satu rumah menyediakan angpau untuk dibagi-bagikan kepada mereka, ternyata salah satu dari mereka menyebarkan informasi. Maka datanglah anak-anak lainnya untuk mencari angpau. Saya rasa wajar, namanya anak masih dibawah sepuluh tahun. Hebatnya, mereka hanya menyebarkan informasi dan tidak akan bolak-balik datang untuk mencari angpau untuk kedua kalinya ditempat yang sama.

Tentang Fawaz, lebaran kali ini ia menjadi pemecah rekor pengumpul angpau terbanyak. Dibanding lebaran-lebaran sebelumnya, tahun ini ia bisa mengumpulkan uang satu juta lebih. Subhanallah...saya tidak pernah menyangka. Mungkin inilah rezeki Fawaz. Iseng saya pun bertanya, “bagaimana jika uangnya untuk belanja mama?” Sontak ia marah. “Tidak boleeeeh....!”

Lantas iapun menjelaskan jika mengumpulkan angpau hingga jutaan rupiah itu tidak mudah. Ia harus berjuang, berjalan jauh sampai keringetan, menahan nafsu untuk tidak menggunakannya beli jajan atau petasan. Ia ingin mempunyai simpanan yang ada wujudnya, yaitu lembaran uang yang tertata rapi didalam dompet dan tersimpan manis di lemari pakaiannya.

Bahkan satu hal yang membuat mata saya berkaca-kaca....ternyata ia berburu angpau untuk membantu saya membiayai sekolahnya.

“Ma...uang itu jangan dipakai belanja ya. Fawaz ingin bayar buku, bayar les, pakai uang itu. Tidak ngerepotin mama lagi. Syukur-syukur masih cukup untuk uang jajan di sekolah. Jadi mama tidak perlu lagi kasih Fawaz uang jajan.”


Sampai disini, saya merasa terharu. Ternyata diusianya yang beberapa hari lagi genap sepuluh tahun, Fawaz sudah mempunyai pemikiran yang dewasa. Uang yang didapatnya bukan untuk beli baju, sepatu atau mainan, namun justru untuk keperluan sekolahnya. Semoga semakin bertambah umur, hati dan pemikiran Fawaz pun makin dewasa. Bagaimana dengan cerita lebaran emak sekalian? Adakah yang mengalami hal serupa dengan saya?

4 komentar:

  1. Wawawawa, buat beli mainan aja fawazzz... Hehehe. Keren ya, pemikirannya, malah buat biaya sekolah. Salut sama kamu nak... Berarti yg buat beli mainan pake uangnya ibu ya... Hehehe

    BalasHapus
  2. nah memang ini yg ditunggu-tunggu anak-anak ya. nah, Yang lucunya anakku yang sudah bekerja ditodong untuk ngasih angpau pada sepuou yang masih sekolah

    BalasHapus
  3. Fawaz pinter ya udah ngga mau ngerepotin mama lagi :)

    BalasHapus
  4. Hebaaaat... Ahamdulillah Fawaz sudah aware sejak kecil untuk tidak merepotkan mama papanya :)

    BalasHapus