Mak, apa sih yang emak lakukan bila anak berbuat salah atau
melawan? Memarahinya, mengomelinya atau memukulinya? Tidakkah emak menyelediki dulu sampai sejauh
mana kesalahannya atau bahkan faktor apa saja yang menyebabkan si anak berbuat
salah?
Terus terang mak, saya bukanlah ibu yang baik bagi Fawaz. Saya
pernah memukulnya ketika ia melakukan sesuatu yang tidak saya inginkan. Tetapi,
ternyata apa yang saya lakukan tidak malah membuat Fawaz jera untuk tidak mengulangi
kekeliruannya lagi. Fawaz cenderung melawan, seolah tidak terima akan perlakuan
saya. Dari sini akhirnya saya menyadari bahwa memberi hukuman kepada anak
berupa pukulan bukanlah tindakan yang tepat.
Orang tua yang baik harus sesering mungkin melakukan
pendekatan kepada anak. Sebaliknya si anak sendiri, yang dibutuhkan adalah
kasih sayang, belaian, dekapan dari orang tua. Bukan malah kekerasan atau
tindakan anarkis. Kalau sekali, dua kali, anak berbuat nakal, rasanya wajar ya
mak. Mungkin ia belum pernah kita beri pengertian. Atau bisa jadi lingkungan
tempatnya bergaul yang memaksanya berbuat demikian. Nah, sebagai orang tua kita
harus memahami kondisi anak, baru setelah itu memberinya pengertian.
Inilah yang akhirnya saya terapkan kepada Fawaz, mak. Ketika
saya jalan bareng dengan Fawaz, kebetulan kami melewati segerombolan anak
nakal, disitulah Fawaz saya beri pengertian agar ia tidak berbuat seperti itu. Setelahnya
saya beri beberapa alasan mengapa tidak boleh melakukan hal itu. Demikian juga
ketika ada temannya yang suka memukul atau mengambil barang tanpa permisi,
sayapun memberi pengertian kepada Fawaz, agar ia tidak mengikuti perbuatannya.
Di lain waktu, saya beri dia gambaran bagaimana seorang anak
seharusnya berbuat, baik di rumah, di sekolah atau di lingkungan tempatnya
bermain. Tak lupa saya selalu wajibkan ia untuk taat beribadah. Tak bosan-bosannya
terus saya ingatkan agar disiplin waktu. Awalnya memang terasa capek, karena
saya harus mengontrol jam dan terus mengingatkan, namun lama kelamaan hal ini
menjadi kebiasaan.
Dari berbagai hal yang saya lakukan, kini saya juga bisa
mengontrol emosi saya, artinya untuk mengingatkan Fawaz tak perlu lagi dengan
pukulan, karena memukul anak justru membawa dia kepada pribadi yang gemar
pembohong. Salah satu contohnya adalah teman Fawaz, sebut saja Chanchan.
Kebetulan mak, ibu Chanchan sangat keras wataknya. Ia menginginkan
anaknya harus rajin, mendapatkan nilai tertinggi di sekolah dan harus menjadi
pribadi yang benar-benar baik tanpa cacat sedikitpun. Suatu hari guru kelas
mengadakan ulangan harian. Dan sungguh diluar dugaan, Chanchan yang biasanya
mendapat nilai tertinggi, ternyata nilainya sedang-sedang saja. Ketika ditanya
ibunya, dia berbohong agar tidak kena marah. Tak disangka-sangka Fawaz yang
polos membocorkan nilai Chanchan yang sesungguhnya. Akhirnya Chanchan pun kena
pukulan di kepalanya.
Hal inipun terjadi berulang-ulang. Setiap Chanchan mendapat
nilai jelek, atau berbuat kesalahan di sekolah, pukulan demi pukulan itu selalu
mendarat di tubuhnya. Ia hanya bisa tertunduk dan menangis tanpa bisa berbuat
apa-apa. Ternyata, efek dari pukulan ibunya, Chanchan tumbuh menjadi pribadi
yang suka bohong. Dengan alasan takut kena pukul, akhirnya berbohonglah jalan
satu-satunya.
Saya rasa mak, langkah yang dilakukan ibu Chanchan bukanlah
langkah yang tepat. Bisa jadi ia mencetak generasi pembohong. Karena takut kena
pukulan bertubi-tubi, akhirnya si anak memilih berbohong daripada terus terang.
Kebiasaan ini bisa jadi akan berlanjut sampai dewasa nanti. Jelas ini adalah
hal merendahkan rasa percaya diri.
Sebaiknya dalam menghadapi tingkah laku anak, bukan cara
kekerasan yang kita tunjukkan, namun rangkul sang anak dengan kasih sayang. Tanyailah
baik-baik mengapa ia mendapat nilai jelek, mengapa ia nakal kepada temannya
atau mengapa ia berbuat yang kurang menyenangkan. Pancinglah agar ia mengatakan
yang sejujurnya, dengan tindakan halus dan bukan kekerasan. Bila si anak telah
mengakuinya, barulah kita beri pengertian agar ia tidak lagi mengulangi
perbuatannya.
Memberi pengertian anak tanpa pukulan saya rasa akan jauh
lebih baik ketimbang memukulnya bertubi-tubi. Kalau kita memukul, anak akan
takut berbuat yang sama, namun bila dilain waktu ia kembali melakukannya lagi,
maka iapun cenderung berbohong karena takut kena pukulan lagi. Namun bila kita
beri pengertian, disaat sang anak akan melakukan kesalahan lagi, maka ia
cenderung mengingat petuah orang tuanya untuk menghindar dari perbuatan nakal
dan sebagainya.
Marilah sebagai orang tua kita bijak bertindak dan bersikap
terhadap tingkah laku anak, demi masa depan mereka.
Tidak mudah ya mak mendidik anak... meski sudah ada 3 krucils saya masih harus banyak banyak belajar ...
BalasHapusKesabaran ibu diuji dengan kehadiran buah hati...intinya ya,,pengendalian diri agar tangan tak melayang dibadan buah hati kita
BalasHapusMungkin karena dibesarkan tanpa kekerasan, saya dan suami sama sekali tidak pernah bisa kasar sama anak, jangankan memukul, mencubit saja nggak pernah. Miris banget kalo nemu kasus kayak si Chanchan. Kasihan banget.
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi Mak.. bisa jadi masukan untuk saya bila menjadi ibu kelak :)
BalasHapus