Mak....sudah pernah nonton film “Brandal-brandal Ciliwung”
belum? Menurut saya film ini sarat dengan pelajaran berharga mak. Awalnya saya
tidak tahu cerita film ini, namun gara-gara Fawaz sering buka youtube di
tablet, akhirnya saya ikut ketagihan pengen nonton film ini berulangkali.
sumber: google.co.id |
Memang film ini tidak diputar dilayar lebar seperti bioskop
atau cineplex, tetapi menurut penuturan Fawaz pernah diputar di MNC-TV dan
membuat mata Fawaz sempat berkaca-kaca setelah melihat film ini. Saya pikir,
film ini menceritakan segerombolan brandal atau anak nakal yang tidak pantas
untuk ditonton, nyatanya alur ceritanya mengisahkan sebuah persahabatan. Wajar saja
Fawaz seolah ketagihan tidak bosan menontonnya melalui youtube sampai pulsa
internetpun habis tak tersisa.
Dalam film “Brandal-brandal Ciliwung” ini mengisahkan
persahabatan lima anak SD yaitu Jaka, Umar, Tirto, Raja dan Timur. Karena jumlah
mereka lima orang maka mereka menganggap diri mereka sebagai pandawa yang
mempunyai keahlian masing-masing. Mereka pun mempunyai julukan “Gank Ciliwung”
dan mendirikan sebuah rumah kayu di sekitar kali Ciliwung.
Ternyata mereka bukanlah segerombolan brandal atau anak
nakal. Namun mereka mempunyai mimpi. Bahkan aktifitas mereka pun tak ubahnya
seperti aktifitas anak-anak sebayanya. Mereka mengaji, mandi di kali atau
bahkan bermain kasti. Namun mereka tetap memegang teguh pada persahabatan mereka,
sehingga terlihat makin kompak. Dan di kali Ciliwung itulah mereka sering
menghabiskan waktu dengan main bersama, meski ayah Tirto tidak mengijinkan
anaknya bermain di kali.
Ayah Tirto masih trauma dengan kejadian yang merenggut nyawa
ibu Tirto, yaitu terseret arus sungai dan jasadnya tidak pernah diketemukan. Itulah
yang menyebabkan ayah Tirto tidak ingin kehilangan orang-orang yang dicintai
untuk kedua kalinya dan melarang Tirto untuk berenang atau main di kali.
Lain Tirto lain Jaka. Rupanya Jaka membenci makhluk yang
bernama perempuan. Ia menganggap bahwa perempuan itu selalu merepotkan. Ketika ia
masih menjadi pengantar laundry, ia sering dimaki-maki oleh perempuan,
gara-gara hasil cuciannya tidak bersih karena dicucinya di kali. Disitulah dia
menganggap bahwa perempuan itu banyak maunya. Lalu ibunya sendiri, setelah
ayahnya meninggal ternyata menikah lagi dengan laki-laki lain.
Terakhir Jaka dan kawan-kawannya berkenalan dengan Sisi,
cucu babah Alung pemilik pabrik tahu. Perkenalan mereka tanpa disengaja
gara-gara bola kasti Jaka terlempar dan masuk ke pekarangan babah Alung. Demi mendapatkan
kembali bola kasti itu, akhirnya kelima anak itu masuk ke pekarangan babah
Alung dengan cara memanjat tembok rumahnya. Belum sampai bola kasti itu ditemukan,
Sisi memergoki ulah mereka.
Awalnya Sisi ingin gabung menjadi grup kasti mereka. Namun Jaka
tidak menyetujuinya meski Sisi telah menunjukkan bahwa ia pandai memukul. Jaka tetap
bersikeras bahwa perempuan itu selalu merepotkan. Akan tetapi Sisi tetap ngotot
hingga akhirnya Jaka pun menyetujuinya. Dengan satu syarat, Sisi harus
berdandan ala cowok.
Pertandingan kasti pun dimulai. Grup Ciliwung menjadi 6
personil bertanding melawan grupnya Adam, yang dari dulu sudah menjadi musuh
bebuyutannya grup Ciliwung. Ternyata pertandingan itu dimenangkan oleh grup
Ciliwung. Namun grup Adam tidak terima, dan mereka berhasil membuka kedok Sisi,
bahwa sebenarnya Sisi adalah seorang perempuan. Sekali lagi Jaka seolah kembali
pada pendirian semula, bahwa perempuan itu selalu merepotkan.
Lambat laun, grup Ciliwung bersedia menerima kehadiran Sisi.
Sisi diajak ke markasnya yang terletak dekat kali Ciliwung. Di gubuk itu banyak
hasil karya mereka. Bahkan foto-foto mereka juga terpajang di dinding.
Tentang Sisi, ia adalah cucu babah Alung. Ia melarikan diri
dari rumahnya karena dipaksa oleh ibunya yang bernama Linda untuk bersekolah ke
Belanda. Ibu Sisi telah menikah lagi dengan seorang lelaki berkebangsaan
Belanda dan siap diboyong kesana bersama Sisi. Sekali lagi Sisi lebih memilih
tinggal bersama kakeknya (ayah almarhum ayahnya) ketimbang dengan ibunya yang
telah menikah lagi.
Karena paksaan ibunya itulah membuat Sisi bersedih. Ia naik
ke rumah panggung dan melampiaskan kesedihannya di rumah mungil itu. Tanpa disadarinya,
Jaka melihat Sisi. Ia akhirnya mengajak Sisi pergi ke pasar malam menikmati
berbagai pertunjukan hanya berdua saja. Padahal malam itu tugas Jaka menjaga
markas Gank Ciliwung. Dari jauh Tirto melihat semua kejadian itu. Ada rasa iri
dan sakit hati dalam dirinya.
Tak begitu lama, gank Adam datang ke markas Gank Ciliwung. Mereka
tahu markas dalam keadaan sepi, jadi mereka leluasa mengobrak-abrik seisi
markas, menghancurkan semua perabotan yang ada didalamnya. Tirto hanya bisa melihat
dari jauh tanpa bisa berbuat apa-apa.
Satu persatu gank Ciliwung berdatangan, menyaksikan dengan
mata nanar puing-puing markasnya. Lalu Jaka dan Sisi pun datang. Jaka marah,
menyalahkan Tirto, Umar, Timur dan Raja. Bahkan Jaka dan Tirto sempat berantem.
Namun Tirto dapat melakukan perlawanan. Ia kembali menyalahkan Jaka. Harusnya Jaka
menjaga markas, bukan malah bersenang-senang berdua bersama Sisi ke pasar
malam. Sebagai gank pergi ke pasar malam dan bersenang-senang harusnya
dilakukan bersama, buka sendirian.
Sejak saat itu Gank Ciliwung diambang bubar. Tirto pergi,
disusul Raja, Umar dan Timur. Mereka tidak setuju dengan sikap Jaka. Ternyata dengan
bubarnya Gank Ciliwung tidak membuat masing-masing merasa nyaman. Bahkan mereka
seolah tidak nyaman untuk beraktifitas sendiri, karena telah terbiasa bersama. Dulu,
mereka belajar taichi pada babah Alung. Setiap gerakan yang ditontonkan murid
babah Alung membuat mereka makin bersemangat untuk bisa menguasai gerakan taichi.
Namun, sejak mereka jalan sendiri-sendiri, seolah tidak ada
semangat lagi untuk belajar taichi. Seperti Umar yang kerap kali melamun dan
membatalkan latihannya. Demikian juga dengan lainnya. Orang tua Raja pun yang
susah payah mendatangkan guru vokal, ternyata tak ditanggapinya dengan serius.
Raja tetap menganggap dirinya tidak mampu bernyanyi.
Suatu hari Sisi bercakap-cakap dengan kakeknya. Ia memikirkan
cara yang tepat untuk mengumpulkan warga. Lalu sang kakek menimpali, kalau dulu
pernah mengumpulkan warga dengan mengadakan pesta tahu. Namun pesta tahu itu
akhirnya ditiadakan, dan pintu gerbang rumahnya ditutup, gara-gara ada yang
memfitnah babah Alung. Beberapa warga terserang demam berdarah, itu disebabkan
oleh limbah tahu yang sengaja dibuang babah Alung ke kali Ciliwung. Padahal babah
Alung tidak pernah membuang limbahnya ke kali.
Sisi pun meminta sang kakek mengadakan pesta tahu lagi. Babah
Alung menyetujui usul Sisi. Jadilah pesta tahu yang dipenuhi dengan
lampion-lampion dan mengundang seluruh warga sekitar kali Ciliwung. Ternyata pesta
tahu itulah yang berhasil menyatukan kembali gank Ciliwung. Mereka kembali
rukun dan siap membangun markasnya kembali.
Sebuah kesempatan emas yang tidak mereka sia-siakan yaitu
lomba getek di kali Ciliwung. Saat itu Sisi sudah luluh hatinya untuk mengikuti
saran ibunya. Ia akan bersekolah ke Belanda. Ternyata kepergian Sisi membuat
gank Ciliwung merasa kehilangan. Kehadiran Sisi ditengah-tengah mereka
memberikan warna tersendiri. Demikian juga dengan Sisi, kebersamaannya dengan
gank Ciliwung menyisakan kenangan yang tak terlupakan.
sumber: m.detik.com |
Demi lomba getek itu akhirnya Sisi meminta kepada ibunya
agar diperbolehkan mengikuti lomba getek atas nama gank Ciliwung. Sekali lagi
gank Adam tetap berbuat ulah. Ia merusak getek yang telah dirakit gank
Ciliwung. Namun mereka tidak patah semangat, demi mempertahankan kali Ciliwung
sebagai tempat kekuasaannya, akhirnya mereka kembali merakit getek.
Pada saat perlombaan ternyata gank Adam dan gank Ciliwung
menang. Untuk mencari pemenang utama, maka kedua getek itu dilombakan kembali. Gank
Adam dengan segala kelicikannya berusaha untuk mengalahkan gank Ciliwung, namun
malah getek mereka yang tenggelam. Mengetahui hal itu anak-anak gank Ciliwung
tidak merasa dendam, mereka membantu anak-anak gank Adam yang tenggelam dan
memapahnya ke dasar kali. Akhirnya perlombaan getek dimenangkan oleh gank
Ciliwung. Sorak sorai pun terdengar dari penonton.
Sejak saat itu gank Ciliwung makin bersemangat. Persahabatan
dan kekompakan mereka membuat mereka menunjukkan kemampuannya masing-masing. Seperti
Raja yang akhirnya jadi penyanyi atau Sisi yang akhirnya bersekolah ke Belanda
mengikuti ibunya, demikian juga dengan yang lain.
Dari film “Brandal-brandal Ciliwung” ada pelajaran berharga
yang bisa saya petik mak. Sebagai orang tua kita tidak boleh memaksa anak untuk
melakukan kegiatan yang tidak disukainya. Jangan kekang anak, tetapi arahkan
dan dukung kegiatannya bila itu memang kegiatan yang bermanfaat. Utamakan kepentingan
bersama, dan jangan pernah berbuat jahat terhadap orang yang pernah menyakiti
kita. Dengan begitu pada akhirnya orang akan tahu siapa kita sebenarnya........
Waah cari ah filemnya di yutub
BalasHapusbaru dengar judul saja, langsung pengen lihat film nya
BalasHapusIni pernah ditayangkan di tv kan ya?
BalasHapusKayak udah pernah nonton
jadi pengen nonton filmnya Mba, makasih udah sharing
BalasHapusBelum nonton mak, thanks infonya...gini nih saya kalo mau nonton hrs ada referensi bagus atau nggak. asik ya kalo ditonton sm anak
BalasHapus