Minggu, 05 April 2015

Pelajaran Berharga dari Film Anak “Brandal-brandal Ciliwung”

Mak....sudah pernah nonton film “Brandal-brandal Ciliwung” belum? Menurut saya film ini sarat dengan pelajaran berharga mak. Awalnya saya tidak tahu cerita film ini, namun gara-gara Fawaz sering buka youtube di tablet, akhirnya saya ikut ketagihan pengen nonton film ini berulangkali.

sumber: google.co.id

Memang film ini tidak diputar dilayar lebar seperti bioskop atau cineplex, tetapi menurut penuturan Fawaz pernah diputar di MNC-TV dan membuat mata Fawaz sempat berkaca-kaca setelah melihat film ini. Saya pikir, film ini menceritakan segerombolan brandal atau anak nakal yang tidak pantas untuk ditonton, nyatanya alur ceritanya mengisahkan sebuah persahabatan. Wajar saja Fawaz seolah ketagihan tidak bosan menontonnya melalui youtube sampai pulsa internetpun habis tak tersisa.

Dalam film “Brandal-brandal Ciliwung” ini mengisahkan persahabatan lima anak SD yaitu Jaka, Umar, Tirto, Raja dan Timur. Karena jumlah mereka lima orang maka mereka menganggap diri mereka sebagai pandawa yang mempunyai keahlian masing-masing. Mereka pun mempunyai julukan “Gank Ciliwung” dan mendirikan sebuah rumah kayu di sekitar kali Ciliwung.

Ternyata mereka bukanlah segerombolan brandal atau anak nakal. Namun mereka mempunyai mimpi. Bahkan aktifitas mereka pun tak ubahnya seperti aktifitas anak-anak sebayanya. Mereka mengaji, mandi di kali atau bahkan bermain kasti. Namun mereka tetap memegang teguh pada persahabatan mereka, sehingga terlihat makin kompak. Dan di kali Ciliwung itulah mereka sering menghabiskan waktu dengan main bersama, meski ayah Tirto tidak mengijinkan anaknya bermain di kali.

Ayah Tirto masih trauma dengan kejadian yang merenggut nyawa ibu Tirto, yaitu terseret arus sungai dan jasadnya tidak pernah diketemukan. Itulah yang menyebabkan ayah Tirto tidak ingin kehilangan orang-orang yang dicintai untuk kedua kalinya dan melarang Tirto untuk berenang atau main di kali.
Lain Tirto lain Jaka. Rupanya Jaka membenci makhluk yang bernama perempuan. Ia menganggap bahwa perempuan itu selalu merepotkan. Ketika ia masih menjadi pengantar laundry, ia sering dimaki-maki oleh perempuan, gara-gara hasil cuciannya tidak bersih karena dicucinya di kali. Disitulah dia menganggap bahwa perempuan itu banyak maunya. Lalu ibunya sendiri, setelah ayahnya meninggal ternyata menikah lagi dengan laki-laki lain.

Terakhir Jaka dan kawan-kawannya berkenalan dengan Sisi, cucu babah Alung pemilik pabrik tahu. Perkenalan mereka tanpa disengaja gara-gara bola kasti Jaka terlempar dan masuk ke pekarangan babah Alung. Demi mendapatkan kembali bola kasti itu, akhirnya kelima anak itu masuk ke pekarangan babah Alung dengan cara memanjat tembok rumahnya. Belum sampai bola kasti itu ditemukan, Sisi memergoki ulah mereka.

Awalnya Sisi ingin gabung menjadi grup kasti mereka. Namun Jaka tidak menyetujuinya meski Sisi telah menunjukkan bahwa ia pandai memukul. Jaka tetap bersikeras bahwa perempuan itu selalu merepotkan. Akan tetapi Sisi tetap ngotot hingga akhirnya Jaka pun menyetujuinya. Dengan satu syarat, Sisi harus berdandan ala cowok.

Pertandingan kasti pun dimulai. Grup Ciliwung menjadi 6 personil bertanding melawan grupnya Adam, yang dari dulu sudah menjadi musuh bebuyutannya grup Ciliwung. Ternyata pertandingan itu dimenangkan oleh grup Ciliwung. Namun grup Adam tidak terima, dan mereka berhasil membuka kedok Sisi, bahwa sebenarnya Sisi adalah seorang perempuan. Sekali lagi Jaka seolah kembali pada pendirian semula, bahwa perempuan itu selalu merepotkan.

Lambat laun, grup Ciliwung bersedia menerima kehadiran Sisi. Sisi diajak ke markasnya yang terletak dekat kali Ciliwung. Di gubuk itu banyak hasil karya mereka. Bahkan foto-foto mereka juga terpajang di dinding.

Tentang Sisi, ia adalah cucu babah Alung. Ia melarikan diri dari rumahnya karena dipaksa oleh ibunya yang bernama Linda untuk bersekolah ke Belanda. Ibu Sisi telah menikah lagi dengan seorang lelaki berkebangsaan Belanda dan siap diboyong kesana bersama Sisi. Sekali lagi Sisi lebih memilih tinggal bersama kakeknya (ayah almarhum ayahnya) ketimbang dengan ibunya yang telah menikah lagi.

Karena paksaan ibunya itulah membuat Sisi bersedih. Ia naik ke rumah panggung dan melampiaskan kesedihannya di rumah mungil itu. Tanpa disadarinya, Jaka melihat Sisi. Ia akhirnya mengajak Sisi pergi ke pasar malam menikmati berbagai pertunjukan hanya berdua saja. Padahal malam itu tugas Jaka menjaga markas Gank Ciliwung. Dari jauh Tirto melihat semua kejadian itu. Ada rasa iri dan sakit hati dalam dirinya.

Tak begitu lama, gank Adam datang ke markas Gank Ciliwung. Mereka tahu markas dalam keadaan sepi, jadi mereka leluasa mengobrak-abrik seisi markas, menghancurkan semua perabotan yang ada didalamnya. Tirto hanya bisa melihat dari jauh tanpa bisa berbuat apa-apa.

Satu persatu gank Ciliwung berdatangan, menyaksikan dengan mata nanar puing-puing markasnya. Lalu Jaka dan Sisi pun datang. Jaka marah, menyalahkan Tirto, Umar, Timur dan Raja. Bahkan Jaka dan Tirto sempat berantem. Namun Tirto dapat melakukan perlawanan. Ia kembali menyalahkan Jaka. Harusnya Jaka menjaga markas, bukan malah bersenang-senang berdua bersama Sisi ke pasar malam. Sebagai gank pergi ke pasar malam dan bersenang-senang harusnya dilakukan bersama, buka sendirian.

Sejak saat itu Gank Ciliwung diambang bubar. Tirto pergi, disusul Raja, Umar dan Timur. Mereka tidak setuju dengan sikap Jaka. Ternyata dengan bubarnya Gank Ciliwung tidak membuat masing-masing merasa nyaman. Bahkan mereka seolah tidak nyaman untuk beraktifitas sendiri, karena telah terbiasa bersama. Dulu, mereka belajar taichi pada babah Alung. Setiap gerakan yang ditontonkan murid babah Alung membuat mereka makin bersemangat untuk bisa menguasai gerakan taichi.

Namun, sejak mereka jalan sendiri-sendiri, seolah tidak ada semangat lagi untuk belajar taichi. Seperti Umar yang kerap kali melamun dan membatalkan latihannya. Demikian juga dengan lainnya. Orang tua Raja pun yang susah payah mendatangkan guru vokal, ternyata tak ditanggapinya dengan serius. Raja tetap menganggap dirinya tidak mampu bernyanyi.

Suatu hari Sisi bercakap-cakap dengan kakeknya. Ia memikirkan cara yang tepat untuk mengumpulkan warga. Lalu sang kakek menimpali, kalau dulu pernah mengumpulkan warga dengan mengadakan pesta tahu. Namun pesta tahu itu akhirnya ditiadakan, dan pintu gerbang rumahnya ditutup, gara-gara ada yang memfitnah babah Alung. Beberapa warga terserang demam berdarah, itu disebabkan oleh limbah tahu yang sengaja dibuang babah Alung ke kali Ciliwung. Padahal babah Alung tidak pernah membuang limbahnya ke kali.

Sisi pun meminta sang kakek mengadakan pesta tahu lagi. Babah Alung menyetujui usul Sisi. Jadilah pesta tahu yang dipenuhi dengan lampion-lampion dan mengundang seluruh warga sekitar kali Ciliwung. Ternyata pesta tahu itulah yang berhasil menyatukan kembali gank Ciliwung. Mereka kembali rukun dan siap membangun markasnya kembali.

Sebuah kesempatan emas yang tidak mereka sia-siakan yaitu lomba getek di kali Ciliwung. Saat itu Sisi sudah luluh hatinya untuk mengikuti saran ibunya. Ia akan bersekolah ke Belanda. Ternyata kepergian Sisi membuat gank Ciliwung merasa kehilangan. Kehadiran Sisi ditengah-tengah mereka memberikan warna tersendiri. Demikian juga dengan Sisi, kebersamaannya dengan gank Ciliwung menyisakan kenangan yang tak terlupakan.

sumber: m.detik.com
Demi lomba getek itu akhirnya Sisi meminta kepada ibunya agar diperbolehkan mengikuti lomba getek atas nama gank Ciliwung. Sekali lagi gank Adam tetap berbuat ulah. Ia merusak getek yang telah dirakit gank Ciliwung. Namun mereka tidak patah semangat, demi mempertahankan kali Ciliwung sebagai tempat kekuasaannya, akhirnya mereka kembali merakit getek.

Pada saat perlombaan ternyata gank Adam dan gank Ciliwung menang. Untuk mencari pemenang utama, maka kedua getek itu dilombakan kembali. Gank Adam dengan segala kelicikannya berusaha untuk mengalahkan gank Ciliwung, namun malah getek mereka yang tenggelam. Mengetahui hal itu anak-anak gank Ciliwung tidak merasa dendam, mereka membantu anak-anak gank Adam yang tenggelam dan memapahnya ke dasar kali. Akhirnya perlombaan getek dimenangkan oleh gank Ciliwung. Sorak sorai pun terdengar dari penonton.

Sejak saat itu gank Ciliwung makin bersemangat. Persahabatan dan kekompakan mereka membuat mereka menunjukkan kemampuannya masing-masing. Seperti Raja yang akhirnya jadi penyanyi atau Sisi yang akhirnya bersekolah ke Belanda mengikuti ibunya, demikian juga dengan yang lain.


Dari film “Brandal-brandal Ciliwung” ada pelajaran berharga yang bisa saya petik mak. Sebagai orang tua kita tidak boleh memaksa anak untuk melakukan kegiatan yang tidak disukainya. Jangan kekang anak, tetapi arahkan dan dukung kegiatannya bila itu memang kegiatan yang bermanfaat. Utamakan kepentingan bersama, dan jangan pernah berbuat jahat terhadap orang yang pernah menyakiti kita. Dengan begitu pada akhirnya orang akan tahu siapa kita sebenarnya........

5 komentar:

  1. Waah cari ah filemnya di yutub

    BalasHapus
  2. baru dengar judul saja, langsung pengen lihat film nya

    BalasHapus
  3. Ini pernah ditayangkan di tv kan ya?
    Kayak udah pernah nonton

    BalasHapus
  4. jadi pengen nonton filmnya Mba, makasih udah sharing

    BalasHapus
  5. Belum nonton mak, thanks infonya...gini nih saya kalo mau nonton hrs ada referensi bagus atau nggak. asik ya kalo ditonton sm anak

    BalasHapus