Pagi ini rupanya kabut tengah menyelimuti tetanggaku. Ada apa
gerangan? Aku tak tahu andai dia tak cerita. Namun tangisnya yang tiada henti
membuatku susah payah menghentikan air matanya yang terus mengalir. Kuajak menarik
napas dalam-dalam, dan perlahan dikeluarkan, agar segala sesak di dadanya
perlahan sirna.
Ternyata benar…..perlahan air matanya mulai surut, diapun
mencoba menceritakan sebab musabab kegundahan hatinya. Dan inilah ceritanya………
Semalam suamiku minta jatah, akupun menyetujuinya. Namun anakku
masih sibuk melihat acara tv kegemarannya. Berbagai cara dilakukan suamiku,
tapi susah juga menidurkan anak yang siang tadi tertidur pulas. Aku tak mau menyia-nyiakan
waktu. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Ketika suamiku tengah
menidurkan anakku, aku tengah asyik menyelesaikan pekerjaanku.
Saat jam setengah sebelas malam, suamiku mendekatiku.
“Masih lama? Berapa jam lagi?”
“Tidak sampai satu jam, setengah jam selesai.”
“Baiklah.”
Akupun menepati janjiku. Tepat jam sebelas malam kubereskan
pekerjaanku. Aku bergegas mendekati suamiku. Rupanya anakku terbangun gara-gara nyamuk menggigit kakinya. Rasa gatal
itu kian menjadi, hingga ia terus menggaruk kakinya. Kulihat mata anakku makin
berbinar, itu tandanya rasa kantuknya telah hilang. Aku gusar.
“Wah…bangun nih, alamat lama lagi menidurkannya.”
Tanpa kuduga suamiku langsung marah.
“Sudah tidur dari tadi, wajar saja kalau sekarang bangun!”
Kulihat ada amarah yang terpancar di wajah suamiku. Setelahnya ia tampak tertidur. Namun demi membuat anakku tertidur kembali, akupun ikut
tidur, berharap setelah anakku tidur akupun bisa melayani suamiku.
Aku tak pernah menyangka bila tidurku pulas sekali. Bahkan kesadaranku
seolah hilang, dibangunkanpun susah. Yang kutahu jam di dinding sudah
menunjukkan pukul dua dini hari. Aku melihat suamiku sudah pindah tempat tidur
dan menutup rapat-rapat tubuhnya dengan selimut.
“Astaghfirullah….sungguh aku tak menyadarinya.!
Aku sungguh tak bisa tidur setelahnya, mengingat amarah
suamiku karena tak kuberi jatah. Bahkan hingga menjelang shubuhpun, gelagatnya
aneh. Aku sadar akulah yang salah. Sungguh tak menyangka bila tidurku terlalu
pulas dan sulit dibangunkan. Bahkan di pagi hari ia sama sekali tidak mau
melakukan aktifitas seperti biasanya. Berlama-lama didalam kamar mandi,
berusaha menghindar dari tatapanku, dan sepagi itu dia berangkat ke kantor
tanpa pamit, sungguh hal yang terasa ganjal.
“Laki-laki yang tidak segera diberi jatah oleh istrinya
sewaktu ia meminta, itu akan terasa sakit sekali, melebihi sakitnya terkena
goresan pisau”, itu kata suamiku tempo hari.
Aku sadar itu, namun aku sangat menyesal mengapa tadi malam
rasa kantukku berlebihan hingga susah dibangunkan. Dan sampai detik ini rasa
bersalah itu terus menghantuiku. Tak henti-hentinya aku memohon ampun kepada
Allah atas rasa bersalah yang teramat besar ini. Aku hanya bisa pasrah, seandainya terjadi
sesuatu karena kesalahanku, akupun harus siap menerimanya sebagai hukuman atas
perbuatanmu. Namun aku masih berharap Allah akan membukakan pintu maaf dan
pintu sabar untuk suamiku. Karena kuyakin Allah pasti memberikan jalan yang
terbaik buatku.
Sungguh air mataku susah kubendung, mengingat kejadian
semalam, bahkan mengingat kesalahan terbesar yang kulakukan pada suamiku. Apalagi
menjadi wanita yang diabaikan, pastinya membuat hatiku nelangsa berkepanjangan.
Namun aku tak mau anakku ikut sedih melihatku menangis, yang justru akan memperkeruh
keadaan. Makanya lebih baik aku datang kemari, mengeluarkan segala keluh
kesahku, karena aku yakin mbak punya banyak pengalaman tentang ini………
Hmm….mak, akupun ikut sedih mendengar penuturan tetanggaku. Namun
aku berusaha menjadi pendengar dan
sahabat yang baik baginya. Memang urusan “jatah” adalah kewajiban istri.
Sungguh berdosa seorang istri yang lalai melayani suaminya. Tapi bila tanpa
sengaja istri tertidur pulas, bukan karena disengaja, apakah berdosa? Apalagi suami
mendiamkan istri setelahnya, dan membuat hati istrinya terluka hingga menangis
tak henti-hentinya, apakah suami tak berdosa melukai perasaan istrinya. Wallahu’alam….semoga
Allah memudahkan jalan mereka. Bagaimana mak? Sobat? Adakah yang tahu solusi
pemecahannya?