Minggu, 14 September 2014

Waspadai Penjual Jamu Nakal

Mak....pasti suka dengan jamu, benar kan? Saya juga suka mak. Sejak kecil ibu saya selalu membuatkan jamu di rumah. Ada beras kencur, kunyit asam atau sirih. Serasa badan jadi ringan setelah minum jamu.

Dulu almarhum ayah mewanti-wanti ibu agar tidak membeli jamu di pasaran. Kata beliau penjual jamu itu sering menggunakan air kotor untuk jamu buatannya. Terlepas dari percaya atau tidak, akhirnya saya memang lebih nyaman minum jamu buatan ibu. Selain terjamin kehigienisannya, rasanyapun alami tanpa bahan pemanis buatan.


Mengkonsumsi jamu termasuk salah satu melestarikan warisan nenek moyang kita. Bener kan mak? Sampai saat ini saya masih suka jamu. Bahkan, saya sudah punya langganan bapak penjual jamu dari Jawa. Seringkali saya membeli jamunya dua botol aqua besar. Satu botol beras kencur dan satu botol lagi kunyit asam.

Tapi mak.....kejadian yang menimpa suami saya membuat saya harus jeli dan berhati-hati pada penjual jamu. Ceritanya begini mak, hasil lab suami saya menunjukkan SGOT dan SGPTnya tinggi. Suami saya disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam. Saya sih sebenarnya masih awam dengan istilah itu. Cek punya ricek, ternyata hal itu mengarah ke ginjal dan jantung.

Beberapa waktu lalu suami saya pernah menderita bengkak pada kakinya, bahkan selama dua minggu ia tidak bisa menggunakan sepatu. Awalnya ia mengira terkilir, berulangkali diurut oleh tukang urut secara bergantian. Selesai diurut, terasa enak kakinya. Namun beberapa jam kemudian, bengkak itu kembali terlihat.

Lalu seorang teman yang melihat tanda-tanda penyakit suami saya, langsung mengatakan bahwa suami saya terkena asam urat. Menurut catatannya, obat yang manjur adalah dexametason, asam mefenamat dan piroxicom. Memang begitu obat-obatan itu dikonsumsi, penyakit yang diderita suami saya berangsur-angsur sembuh. Akhirnya, demi mencegah kambuhnya penyakit itu, suami saya mempunyai stok obat yang cukup.

Ternyata oh ternyata mengkonsumsi obat sembarangan itu berbahaya mak. Jadi menurut informasi dokter spesialis penyakit dalam itu, tingginya kadar SGOT dan SGPT suami saya disebabkan oleh dua hal :

  1. Mengkonsumsi obat-obatan. Kalau emak sudah berusia mendekati kepala 40, sebaiknya hindari mengkonsumsi obat-obatan secara sembarangan, karena obat-obatan itu akan menjadi sampah di dalam tubuh kita, akhirnya mengendap di jantung atau ginjal.
  2. Mengkonsumsi jamu tradisional. Saat ini banyak penjual jamu nakal. Jamu itu bila murni tanpa bahan pengawet, maka ia tidak akan bertahan lama. Beberapa jam saja akan basi, bila tidak cepat dihabiskan. Untuk menghindari hal itu, maka penjual jamu itu menambahkan tawas pada jamu jualannya, agar jamunya awet dan tidak cepat basi. Tahu sendiri kan mak, penjual jamu juga butuh uang untuk menghidupi keluarganya. Kalau jamunya cepat basi, pastinya rugi.
Sebenarnya mak...tidak semua penjual jamu nakal. Diantara penjual nakal itu, pastinya ada yang jujur dan tidak mencampur bahan apapun dalam jamu buatannya. Tapi, sebagai orang yang ingin tetap menjaga kesehatan, apa salahnya kita waspada mak. Memang susah untuk membedakan mana jamu yang masih alami dan mana jamu yang sudah dicampur tawas. Namun yang pertama kali kita perhatikan adalah keawetan jamu itu. Bila jamu itu awet berhari-hari, berarti ada campuran tawas didalamnya, sebaiknya buang saja, dan jangan lagi membeli jamu di penjual yang sama. Tapi mak, kalau jamu itu cepat basi, artinya harus segera dihabiskan setelah membeli, artinya jamu itu masih alami. Yuk....kita teliti sebelum membeli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar