Rabu, 01 Oktober 2014

Jangan Ajari Anak Berbuat Curang

Mak........
Anak itu ibarat kertas putih tanpa coretan. Ia cenderung mengikuti apa yang dilihat dan didengarnya. Ketika ia melihat temannya berbuat sesuatu, iapun ingin mengikutinya, tanpa mempertimbangkan benar atau salah.

Demikian halnya ketika orang tua menyuruh anak untuk berbuat sesuatu. Dalam hitungan jari si anak akan melakukannya. Karena anak telah terbiasa, bahwa perintah orang tua harus dituruni. Ini menjadikan sebuah kewajiban bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik, agar kelak anak terbiasa untuk berbuat baik pula.


Ini sebuah contoh yang sangat sepele, namun ujung-ujungnya mengajari anak berbuat curang. Sebut saja namanya bu Ani. Karena ia ingin anaknya selalu mendapat nilai bagus di kelasnya, atau bahkan selalu tampil menjadi juara kelas ketika terima rapor, maka segala upayapun dilakukan. Setiap menjelang ulangan, entah ulangan harian atau ulangan lainnya, ia selalu mendekati guru kelasnya. Dengan harapan agar bu Ani mendapat bocoran soal ulangan.

Jaman sekarang siapa sih yang tidak butuh uang? Meski tidak semua guru demikian, namun masih ada beberapa guru yang mau menjual soal ulangannya. Dia tidak peduli akibat setelahnya, yang dia butuhkan hanyalah lembaran uang demi mencukupi kebutuhan hidupnya.

Menjelang ulangan, bu Ani selalu memberikan soal bocoran yang didapat dari gurunya. Meski materi ulangan banyak, namun anak bu Ani tidak pusing untuk belajar. Cukup dengan mempelajari soal ulangan, kemudian menghafalkannya, maka ia siap menghadapi ulangan keesokan harinya.

Dan memang benar, di setiap hasil ulangan yang dibagikan anak bu Ani selalu mendapat nilai tertinggi. Bahkan ia selalu mendapat juara satu saat kenaikan kelas. Tentunya bu Ani bangga dengan hasil yang diperoleh anaknya.

Mak....saya kira contoh diatas bukanlah contoh yang baik. Bahkan jangan sampai ditiru oleh orang tua murid lainnya. Semua anak mempunyai kecerdasan masing-masing. Tak ada anak yang bodoh, bila ada kerjasama yang baik antara orang tua, guru dan anak itu sendiri. Namun bukan kerjasama dalam membocorkan soal ulangan. Membocorkan soal ulangan akan berakibat adanya ketergantungan pada anak. Setiap menghadapi ulangan, ia akan cenderung menunggu soal bocoran. Ketika soal itu tidak didapatkan, ia akan menjadi pribadi yang malas belajar.

Mengapa demikian? Dengan adanya soal bocoran, maka si anak akan mempelajari materi yang di soal ulangan, sementara ia menganggap tidak penting mempelajari materi lainnya yang tidak dikeluarkan saat ulangan. Akhirnya ia jadi terbiasa belajar dengan fokus pada soal. Nah, ketika soal itu tidak didapatkan, sementara materi ulangan sangat banyak, anak akan cenderung malas mempelajari materi itu, karena tidak terbiasa belajar terlalu mendetail.

Dan yang lebih memprihatinkan, anak jadi tidak menguasai materi pelajaran. Kalau sudah demikian, ia tidak dapat memperoleh nilai bagus di setiap ulangannya. Bahkan, ketika salah satu materi itu dibahas ulang di kelas berikutnya, tentu akan sulit bagi anak untuk mengingatnya kembali.

Mak....saya rasa ini sebuah pembodohan kepada anak. Anak diajari berbuat curang, yaitu mendapatkan nilai bagus dengan jalan pintas. Pada akhirnya ia akan menyimpulkan bahwa belajar itu tak harus sungguh-sungguh, cukup mengganti lembaran soal ulangan dengan lembaran uang, maka nilai baguspun mudah didapat.

Ingat bahwa kemampuan berpikir dan daya ingat anak itu sangat tajam. Ia cenderung menghafal cara praktis yang demikian. Bisa jadi hal yang semacam ini akan terus diterapkan sampai ia dewasa. Kalau sudah demikian, bagaimana masa depan anak-anak kita kelak? Yang hanya menilai kesuksesan dari lembaran uang, dan bukan dari kemampuan yang dimilikinya.

Yuk mak....ubah cara pandang kita dalam mendidik anak. Yakinlah bahwa anak-anak kita adalah anak-anak yang cerdas, bukan karena uang melainkan karena mereka mampu. Jangan ajari mereka berbuat curang, tapi ajarilah menjadi pribadi yang cerdas dan jujur yang menggunakan kemampuannya sendiri.


2 komentar:

  1. wah keren penjabarannya jadi berasa di seret ke bangku SD. lumayan nih buat pelajaran ku, anak ku sih masih 2,5tahun tapi lumayan buat bekal klo nanti dia sekolah

    BalasHapus
  2. sip, itu termasuk menanamkan pendidikan nilai. sepakat Mak...Oia saya suka dengan sebutan emaknya karena zaman sekarang lagi musim penyebutan 'bunda" heheh

    BalasHapus