Jumat, 17 Oktober 2014

Mudahnya Meminta Maaf

Mak.....
Ternyata minta maaf itu susah banget. Apalagi bagi anak seumuran Fawaz yang notabene egonya masih tinggi. Namun saya tidak patah semangat. Berbagai cara saya lakukan agar Fawaz mau minta maaf ketika ia salah.

sumber disini


Saya pernah membentaknya ketika ia berantem dengan temannya. Masalahnya sih sepele, ia tersinggung ketika temannya meledeknya "gendut". Memang sih gurauan temannya dianggap serius hingga ia memukul temannya. Tak terima dengan pukulan itu, temannya memukul balik. Sayapun melerainya. Dan bentakan saya membuat Fawaz tambah marah.

Di lain waktu, papanya yang ganti menggoda Fawaz. Fawaz marah dan mencakar punggung papanya. Demi meredam suasana, akhirnya saya rangkul Fawaz, saya ajak dia bicara baik-baik dan saya sampaikan bahwa papanya hanya bercanda, jangan sampai dibalas dengan kasar, apalagi mencakar sampai berdarah. Ternyata saran saya diterima, dan Fawaz segera menghampiri papanya untuk minta maaf.

Dari dua hal diatas, saya jadi tahu bahwa Fawaz tidak suka diperlakukan secara kasar. Ia tidak suka dibentak. Dibentak akan menyebabkan berontak. Saya kira sama seperti anak-anak pada umumnya. Memang benar adanya mengajarkan hal baik kepada anak seyogyanya dengan bahasa halus, usahakan merangkulnya hingga membuat anak merasa nyaman didekat kita.

Setelah kejadian itu, saya berusaha memberikan pengertian kepada Fawaz dengan bahasa halus, bahwa kita harus minta maaf bila bersalah. Sekecil apapun kesalahan kita hendaknya sesegera mungkin meminta maaf. Dari sinilah akhirnya Fawaz mudah sekali meminta maaf bila ia bersalah, tanpa harus saya suruh, atau bahkan saya bentak.

Mak, melatih anak meminta maaf bila ia bersalah akan mendorong anak menjadi pribadi yang santun, tidak egois dan tidak menang sendiri. Tentunya kita lebih bangga melihat anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang pemaaf....benar kan mak?

2 komentar:

  1. jav jg skrg jd hobi bgt minta maaf... skrg lg saya latih bukan hanya utk minta maaf, tp jg bertanggungjawab sama kesalahannya...

    BalasHapus
  2. iya, Mak. Dan, yang gak kalah penting juga harus konsisten. Memberitahu dengan bahasa halus, pun, belum tentu anak langsung nurut

    BalasHapus